Jumat, 04 Februari 2011

Ultah Pernikahan Mama Papa



                Ify memandang celengan kataknya. Celengan itu pemberian papanya saat ify lulus sd. Sejak itu, ify rajin menyisihkan uang jajannya minimal seribu rupiah setiap hari untuk ditabung. Sekarang, celengannya itu sudah penuh. Ify ingin membukanya dan uangnya akan digunakan untuk membeli kado ulang tahun pernikahan mama dan papanya. Ify ingin membeli sepasang jam tangan yang harganya tidak terlalu mahal. Ah, mama dan papanya pasti senang dan bangga.
                Pulang sekolah nanti, ify akan langsung pergi ke toko yang tidak jauh dari sekolah. Ify sudah meminta izin kepada mamanya untuk pulang agak terlambat, dengan alasan mau main dulu disekolah bersama teman-temannya. Dia tidak ingin rencananya diketahui mamanya. Dia ingin membuat kejutan buat mama dan papanya.
                Ketika bel pulang sekolah berbunyi, ify cepat-cepat merapikan bukunya. Disentuhnya amplop tebal yang berisi uang ribuan hasil tabungannya. Semuanya ada tiga ratus ribu rupiah. Ify buru-buru keluar dari kelas menuju kekantin bu tin. Dia hendak menukar uang recehan itu menjadi pecahan lima puluh ribuan agar mudah dibawa. Bu tin, pemilik kantin, kebetulan juga memerlukan uang recehan tersebut untuk kembalian.
                Dari kantin, ify bergegas menuju toko disamping mini market. Enam lembar uang lima puluh ribuan sudah ada didalam dompetnya. Ify melihat-lihat jam yang dipajang etalase.
                Tiba-tiba, ia mendengar suara seorang anak. “ampun, pak! Ampun....” ratap anak itu.
                “tidak ada ampun! Kecil-kecil sudah jadi pencuri, ayo ikut kekantor polisi!” bentak satpam mini market dengan galak.
                Ify menoleh kearah suara ribut-ribut itu. Alangkah terkejutnya dia ketika melihat debo, anak pak duta, penjaga sekolahnya, sedang menangis tersedu-sedu dengan penuh ketakutan, mukanya pucat pasi, dan tangannya sedang dipegang erat oleh satpam.
                “debo, kamu kenapa? Benarkah kamu telah mencuri?” tanya ify pelan.
                “kak, aku terpaksa mencuri susu buat ozy, adikku. Ia menangis terus, badannya panas, dan diare. Kemarin sudah dibawa ke puskesmas. Kata dokter, susu ozy harus diganti dengan susu ini, supaya dia tidak diare lagi. Bapak belum punya uang buat beli susu. Jadi, ozy belum minum susu. Akhirnya, aku kesini untuk melihat berapa harga susu buat ozy. Karena harganya sangat mahal, aku nekad mengambil satu kaleng susu ini, tutur bayu sambil menunjukkan satu kaleng susu yang diambilnya. ( disini ceritanya ozy masih balita ) “tolong pak, jangan bawa saya kekantor polisi. Nanti bapakku bisa marah besar,” ratap debo. Badannya yang kecil meronta-ronta, air matanya deras mengalir membasahi pipinya.
                Ify diam terpaku. Ia kenal dengan debo karena pak duta dan keluarganya memang tinggal dirumah kecil dihalaman belakang sekolah. Ify juga tahu ozy, adik debo yang berumur tujuh bulan, sedang sakit. Selama ini debo yang merawat ozy kalau ayahnya sedang bertugas, karena ibu debo sudah meninggal ketika melahirkan ozy.
                “adik kenal dengan anak ini?” tanya pak satpam membuyarkan lamunan ify.
                “iya, pak! Saya kenal dia,” jawab ify. “maaf, pak, berapa harga susu itu? Biar saya yang bayar, dan mohon urusan ini jangan diperpanjang lagi,” pinta ify
                “harganya tujuh puluh ribu rupiah,” jawab pak satpam tegas.
                Ify termenung. Uangnya memang cukup untuk membayar susu tersebut, malah lebih. Tapi, sisanya tak cukup lagi untuk membeli sepasang jam yang sudah dia lihat, yang harganya dua ratus lima puluh ribu rupiah. Berarti, dia harus membatalkan  beli kado untuk mama dan papanya. Ify bingung, karena dia juga kasihan melihat debo yang berdiri ketakutan, belum lagi membayangkan keadaan ozy yang butuh susu. Untuk anak seusia debo, beban yang harus dipikulnya teramat berat.
                Setelah terdiam beberapa saat, ify mantap mengeluarkan uang dari dompet kecilnya.
                “ini pak, uangnya untuk membayar susu itu! Kami minta maaf ya, pak,” ucap ify sambil meyodorkan dua lembar uang lima puluh ribuan.
                Pak satpam menerima uang tersebut dan mengajak ify kekasir. Didalam mini market itu, hati ify tergerak untuk membeli lagi satu kaleng susu yang sama.
                “ini debo,bawa susunya dan kita pulang!” ajak ify sambil menggandeng tangan debo.
                Debo masih tetap menunduk ketika mereka berjalan pulang. Sesampainya digerbang sekolah, debo menatap ify. “terima kasih kak ify. Tanpa bantuan kakak, pasti aku akan dibawa kekantor polisi dan bapakku pasti akan marah dan sedih sekali atas perbuatanku,” ucapnya.
                “sudah....sudah, debo. Kakak harap, lain kali jangan melakukan hal seperti itu lagi. Kalau kamu atau bapakmu ada kesulitan, jangan ambil jalan pintas. Debo bisa cerita sama kakak. Ingat nggak, ketika ibumu hendak melahirkan ozy, kami para murid dan guru patungan buat membantu biaya operasinya, kan? Bapaknya debo itu orangnya sangat baik dan jujur. Pasti tuhan akan memberi jalan. Ya sudah, cepat sana masuk dan segera berikan susunya buat ozy, kasihan dia,” kata ify.
                “iya, kak! Debo minta maaf. Debo janji tidak akan mengulanginya lagi,” ucap debo, lalu berlari pulang.
                selamat ulang tahun pernikahan,ya ma, pa! Semoga cerita ini menjawab pertanyaan, mengapa ify tidak memberi kado buat mama dan papa. Salam sayang dari ify.
                Mamanya mengakhiri bacaan cerita ify sambil mengusap air mata.
                “ify......, mama dan papa sangat bangga kepadamu,” ucap mama dan papanya hampir bersamaan.
                “perbuatan baikmu itu merupakan kado yang teramat indah buat mama dan papa, sayang,” sambung papanya.
                Ify senang sekali, karena ternnyata keputusannya unntuk menolong bayu juga telah membuat mama dan papanya bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar