Selasa, 08 Februari 2011

Misi Rahasia



                “papaku selingkuh!”
                “apa?!” pekik ozy dan deva bersamaan sambil melotot.
                “makanya, aku mau ajak kalian menyelidiki kebenarannya. Aku baru diberi tahu oleh debo. Dia bilang, kemarin melihat papaku dibandara, menjemput seorang perempuan,” kataku bersemangat. Debo adalah teman sekelas kami. Kebetulan, kemarin sore ia ke bandara menjemput kakaknya yang kuliah di luar negri.
                “terus, kita menjalankan misi rahasia ini hanya bertiga saja?” tanya ozy yang super penakut.
                “ya, iyalah! Tidak seru dong, kalau kita mengajak pak satpam sekolah,” cibir deva, si super pemberani.
                “kita mulai bergerak siang nanti, sepulang sekolah. Aku tahu, papa sering mentraktir teman temannya makan siang direstoran sea food 88, tak jauh dari sekolahan,” kataku sambil menatap mata mereka.
                “oke, siap!” kata deva bersemangat.
                Sepulang sekolah, kami bertiga bersepeda sejauh 1 km kearah barat. Kami memarkir sepeda dekat pos satpam. Kemudian, kami mencari mobil papa dihalaman parkir untuk memastikan papa makan disitu.
                “itu mobil papamu, ray!” kata ozy sambil menunjuk mobil sedan warna hitam.
                “kita tunggu dibalik pohon besar itu!” deva memberi ide. Kami segera berlari kebalik pohon dipinggir taman.
                Setelah 15 menit menunggu, papaku keluar dari restoran bersama seorang perempuan muda yang cantik bagai peragawati. Mereka segera masuk mobil lalu meluncur kearah utara. Kami langsung menyambar sepeda dan segera mengikuti mobil papa.
                Kali ini aku bersyukur karena jalanan macet. Jadi, kami bisa mengejar papa lewat trotoar yang kebetulan sepi dari pejalan kaki.
                “aduh, mana mobil papa?” keluhku panik ketika mobil papa menghilang.
                “jangan panik! Pasti papamu lewat sini, karena jalan ini satu jalur, jadi tidak mungkin kearah berlawanan,” terang deva, masuk akal.
                Kami ngebut di jalanan yang padat itu. Jauh didepan sana, lampu menyala merah. Semoga kami bisa mengejar papa....
                “itu mobil papamu!” teriak ozy
                Benar, mobil papa merayap pelan ketika lampu baru menyala hijau. Kami mengikutinya dengan susah payah.
                Mobil papa berhenti dihalaman sebuah hotel. Jantungku berdetak keras( hahaha...kayak lirik lagu jikustik), buat apa papa kehotel? Jangan jangan.....
                “kita tunggu disini! Saran ozy. Aku menolak, karena aku tetap mau mengikuti papa. Tapi, akhirnya deva yang mengikuti papa kehotel.
                Setengah jam aku dan ozy menunggu dihalaman parkir sambil menikmati es krim. Akhirnya, deva muncul juga.
                “yang bisa kudengar saat di lobi hotel, dua jam lagi papamu akan minum kopi di starcafe. Jadi, kita bisa kerumahku dulu, makan, dan menyamar! Bagaimana?’ kata deva.
                Aku dan ozy mengangguk. Kemudian, kami segera ngebut kerumah deva. Tepat dua jam kemudian, kami sudah nongkrong di starcafe dengan pakaian detektif koleksi kakak deva.
                “tuh, papamu!” tunjuk ozy. Kami semua menoleh. Papa mengambil tempat duduk dekat jendela, bersama teman perempuannya itu.
                Entah apa yang diobrolkan papa dengan perempuan itu, kami tidak bisa mendengar. Karena itu, deva memutuskan untuk piindah tempat duduk dekat papa, agar bisa mendengar lebih jelas lagi.
                “bagaimana?” tanya ozy, setelah papa dan perempuan itu pergi.
                “sorry, papamu bicara dalam bahasa inggris, sehingga hanya sedikit yang bisa kumengerti. Yang kudengar ada kata love, home, life, together, son, future, happy, dan...aduh apalagi, yah! Yang jelas, papamu sepertinya memang berniat menikahi perempuan itu dan hidup bersama dalam kebahagiaan, serta memiliki anak!” tutur deva, membuat hatiku terluka.
                “jangan bersedih, ray. Kita pulang dulu, yuk! Besok kita selidiki lagi,” kata ozy memberi saran.
                Semula aku menolak pulang, karena ingin terus menguntit papa, yang kata deva akan pergi belanja ke mall. Namun, akhirnya aku pulang dengan lesu. Ketika sampai dirumah, aku menangis lagi, mengingat betapa sedihnya mama bila tahu papa benar benar selingkuh.
                Aku tidak makan malam, karena sama sekali tidak ingin makan. Aku baru saja menutup telepon dari deva, ketika papa pulang bersama perempuan cantik itu. Aku benci sekali! Pasti papa akan memperkenalkan calon istri mudanya itu kepadaku dan mama. Huh...!
                “ray, kenalkan ini tante winda!” kata papa ramah, setelah mempersilakan tante cantik itu duduk.
                “ray sudah tahu! Papa akan menikah dengannya, kan? Papa akan punya anak lagi dan melupakan ray dan mama! Papa jahat!” pekikku keras keras, membuat papa kaget.
                “ray! Apa apaan, sih? Dia tante winda, sepupu mama yang baru pulang dari luar negeri,” jelas papa
                “tapi, seharian papa bersamanya, bahkan papa belanja dengannya segala. Iya, kan?”
                “ray, hari ini kan ulang tahun mama. Tadi papa dan tante winda pergi membeli kado untuk mama,” jelas papa yang kemudian tertawa terbahak bahak
                “tapi, kenapa harus kehotel segala?’ tanyaku ketus
                “wah, anak papa sudah jadi detektif rupanya. Begini ray, teman tante winda kebetulan menginap disitu, jadi papa menemani tante menemui temannya untuk urusan bisnis.”
                “hallo winda! Apa kabar?” sapa mama yang tiba tiba muncul dan langsung memeluk tante winda dengan haru. Aku terbengong bengong dibuatnya. Jadi, penjelasan papa benar?
                “bagaimana detektif cilik?” lirik papa meledek.
                “ray, sini sayang! Ini tante winda, sepupu mama!” mama menarik tanganku. Aduh, malu sekali rasanya......
                Esok paginya, deva dan ozy sudah bersemangat menantiku didepan kelas
                “kami siap menjalankan misi rahasian kita lagi!” ucap deva mantap.
                “misi dibubarkan! Perempuan cantik itu ternyata tanteku sendiri. Sepupu mamaku. Lain kali, yang benar dong, kalau menguping!” kataku.
                Deva dan ozy melongo sambil mengikutiku masuk kedalam kelas, sipa mendengarkan kisah memalukan yang kualami kemarin malam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar