Tingkah ozy terlihat aneh siang itu. Pulang sekolah ia langsung mengunci diri didalam kamar. Waktu makan siang ia lewati begitu saja. Padahal, bi sumi membuat makanan kesukaannya.
Acara mengunci diri ozy sempat membuat bi sumi khawatir. Maklum, selama ini ozy tidak pernah bertingkah aneh seperti itu. Kak ify yang baru pulang les bahasa inggris langsung diserbunya dengan cerita tentang keanehan tingkah ozy.
“masa sih, bi?” kak ify menanggapi santai. “berarti ozy belum makan, dong. Ya sudah, biar aku yang bicara sama ozy.”
Kak ify mengetuk pintu kamar ozy. “zy....kita makan, yuk! Bi sumi bikin makanan kesukaanmu, lho!”
Walaupun tak ada jawaban, kak ify terus mengetuk pintu kamar ozy. Sampai akhirnya pintu itu terbuka. Wajah ozy muncul disela pintu yang terbuka sedikit. Matanya sembap, seperti habis menangis.
“ozy belum lapar, kak. Kakak makan saja duluan!”
“lho, memangnya kamu sudah makan? Kata bi sumi kamu belum makan apa-apa sejak pulang sekolah tadi. Kita makan dulu yuk, sedikit juga nggak apa-apa. Sekalian kamu menemani kakak makan. Nanti kamu bisa kena maag lho, kalau menunda-nunda makan,” ajak kak ify penuh perhatian.
“nggak ah, masih kenyang,” tolak ozy, lalu membalikkan badan dan duduk didepan meja belajarnya.
“kak ify ikut melangkah masuk dibelakang ozy. Matanya langsung tertarik pada gulungan-gulungan kertas yang diremas, yang berserakan dilantai.
“ada apa sih, zy? Kok kelihatannya sedih sekali. Kamu habis bertengkar sama temanmu?” tanya kak ify pelan.
Ozy menggeleng.
“ditegur guru?” tanya kak ify lagi, yang dijawab gelengan kepala. “terus kenapa, dong?”
“ozy bingung, kak,” kata ozy lirih.
Kak ify diam mendengarkan ozy yang mulai bebicara.
“tadi disekolah ada tugas membuat puisi buat ibu. Ozy nggak tahu harus menulis apa. Ozy nggak pernah punya ibu....” ( just story )
“siapa bilang ozy nggak punya ibu?” potong kak ify. “kalau nggak ada ibu, lantas siapa yang melahirkan ozy?”
“iya, ozy tahu. Tapi, bukan itu maksudnya. Ozy merasa nggak kenal sama ibu. Ozy hanya tahu wajah ibu dari foto yang ditunjukkan ayah. Tapi, ozy nggak tahu bagaimana rasanya punya ibu....” jawab ozy sedih.
Kak ify menarik nafas panjang. Ozy memang tidak pernah mengenal ibu. Ibunya meninggal dunia setelah ozy lahir. Sejak itu, ayahnya membesarkan ozy dan kak ify seorang diri, dibantu bi sumi yang sejak lama setia mengasuh mereka berdua.
“kamu mau mendengar cerita kakak tentang ibu?”
Ozy mengangguk. Selama ini ia tidak berani bertanya kepada ayahnya atau kak ify, karena takut membuat mereka sedih. Tapi, ozy ingin sekali mengenal ibu yang telah melahirkannya.
“kakak senang sekali waktu tahu akan punya adik,” kak ify memulai ceritanya. “waktu itu usia kakak sepuluh tahun. Setiap pulang sekolah, kakak membawa kue kukus untuk kamu. Karena kamu masih didalam perut ibu, kakak meminta ibu yang memakannya supaya kamu bisa ikut merasakan. Ibu menurut saja, walaupun sebenarnya nggak suka kue itu...”
Ozy tersenyum membayangkan sosok ibu yang sabar menghadapi keinginan putrinya. Dulu ayahnya pernah bilang bahwa ibu adalah orang yang paling tidak bisa marah. Senyum selalu menghiasi bibirnya. Dan kata bi sumi, senyum ozy mirip sekali dengan ibu. Ozy senang sekali mendengar pujian itu.
“ingat nggak, foto keluarga kita waktu diancol?” tanya kak ify.
Ozy mengangguk. Itu satu-satunya foto keluarga yang menampilkan mereka berempat. Walaupun yang terlihat hanya tiga orang, karena ozy masih berada didalam perut ibu.
“waktu itu ivu sudah sakit. Dokter sebenarnya melarang ibu punya anak lagi. Tapi, ibu memaksa. Ibu ingin kakak punya teman kalau beliau sudah nggak ada. Ibu minta agar kakak menjaga ozy. Ibu mau kita berdua saling menyayangi....”
Dulu ozy sempat berpikir kehadirannya yang membuat ibu pergi. Tapi, ayahnya dan kak ify meyakinkan ozy kalau itu sudah jalan hidupnya. Tanpa ada ozy pun, ibu tetap akan pergi karena penyakitnya memang semakin parah.
“kalau ingat dulu, kakak suka meyesal. Kenapa dulu kakak suka melawan ibu. Disuruh makan susah. Disuruh belajar lebih susah lagi. Pokoknya banyak perbuatan kakak yang bikin ibu sedih dan kesal,” tambah kak ify sedih.
Ozy diam mendengarkan. Tanpa terasa air mata sudah membasahi pipinya.
Ide puisi pun tiba-tiba datang. Cerita kak ify tentang ibu tersyang menjadi inspirasi baginya. Ozy pun segera menuangkan bait-bait puisinya dengan lancarr dan indah. Ia memberinya judul PENGGORBANAN IBU. Kak ify yang dari tadi melihatnya terharu dibuatnya. Ia pun memeluk kepala ozy dan menciumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar