Jumat, 04 Februari 2011

Sahabat Dari Dunia Maya

                Sore hari, lagi-lagi papa dan mama ribut! Persoalannya selalu sama, papa menuduh mama terlalu banyak kegiatan diluar rumah yang tidak penting, sampai-sampai melupakan tugas utama, yaitu mengasuhku.
                Kalau sudah begini, suasana rumah menjadi tegang. Akupun memilih mengurung diri dikamar. Gerah rasanya mendengar pertengkaran mereka. Dan lama-lama bosan juga.
                Aku menuju ruang kerja papa. Tentu saja untuk bertemu dengan sahabatku. Aku mulai menyalakan komputer yang terhubung dengan internet. Aku membuka e-mailku, berharap ada pesan dari sahabatku. Aha! Benar ada!


                Oik yang manis, kalau orangtuamu bertengkar lagi, kamu tak perlu ikut bertengkar dengan dirimu sendiri. Bersikaplah yang wajar, tetaplah tersenyum, seolah semuanya baik-baik saja. Pasti orangtuamu akan terpengaruh dengan sikapmu. Selamat mencoba, ya......


                Ah.... aku bahagis sekali membaca e-mail dari sahabatku itu, meski aku tidak tahu siapa dia.
                “non oik! Makan dulu, non!” bik tuti melongokkan kepalanya. Dikiranya aku sedang menangis seperti kebiasaanku kalau papa dan mama bertengkar.
                Aku tersenyum dan mengikutinya keruang makan. Dia tampak terheran-heran. Biasanya kalau suasana tegang begini, aku ngambek, dan tidak mau makan.
                Seperti nasihat sahabatku tadi, aku bersikap biasa saja, aku makan sendirian diruang makan. Kulihat papa keluar kamar, pasti mau pergi. Ketika melewati ruang makan, papa menoleh kepadaku dan berhenti.
                “mau kemana, pa? Makan dulu, yuk! Kebetulan lauknya enak lho...” kataku sambil tersenyum.
                Papa balas tersenyum, lalu duduk disebelahku, membuka piringnya dan ikut makan. Kemudian, kami bercanda asyik sekali, sampai akhirnya papa lupa untuk pergi.
                Mama yang rupanya mendengar gelak tawa kami, mendekati kami. Agak canggung mulanya, tapi karena terus aku goda, akhirnya tertawa juga. Suasana pun kembali riang.
                Begitulah, aku selalu menuruti saran-saran sahabatku dari dunia maya tersebut. Baik itu dalam hal pelajaran, bergaul, atau berdandan. Kini aku juga bukan anak yang pendiam dan sulit bergaul lagi. Bahkan, sekarang aku sudah berani membaca puisi dimuka kelas dengan penuh percaya diri! Wah, pokoknya aku banyak berubah deh, sejak punya sahabat dari dunia maya.
                Tapi....siapa ya sebenarnya tante yang telah mengubah hidupku ini? Tante yang baik hati tersebut tak pernah mau mengaku. Dia hanya bilang, kalau dia kenal mama, dan om dave. Karena dia tidak pernah mau berterus terang, aku pun pura-pura ngambek, tidak mau membalas e-mail darinya. Tapi....diam-diam aku sedang menyelidikinya!
                Papa dan mama mengaku tidak punya teman yang memiliki alamat e-mail : oikwithoutwing@yahoo.com. Berarti tinggal om dave harapanku.
                “lho, bukankah ini alamat e-mailmu?” om dave malah balik bertanya. “e-mailku tidak pakai withoutwing, om! Dulu kan, oik pernah memberi alamat e-mail oik kepada om,” balasku. Om dave tertawa nyengir. Aku jadi merasa ingat sesuatu....
                “oh iya om, omong-omong buat apa sih, dulu om minta alamat e-mailku? Om kan, tidak pernah kirim e-mail kepada oik,” tanyaku kemudian.
                “om dave tampak kaget dan bingung untuk menjawab.
                “jangan-jangan.... om yang memberikan alamat e-mail oik kepada tante misterius itu, ya! Hayo, ngaku saja om,” aku mengepalkan kedua tanganku ke arah om dave. Om dave pura-pura ketakutan, lalu kami malah tertawa.
                “ayolah, om! Oik merasa, kalau om dave tahu tentang semua misteri ini,” kataku lagi. Om dave tampak merenung sejanak.
                “coba tanya sekali lagi kepada tantemu yang ada di e-mail itu, siapa tahu dia mau berterus terang,” saran om dave.
                Aku pura-pura kecewa dan marah kepada om dave, tapi kuturuti juga sarannya. Aku kembali mengirim pesan kepada sahabatku dari dunia maya itu. Dan inilah balasannya.


       Dear oik....
       Nama tante adalah winda. Setelah oik tahu tentang tante, mohon oik merahasiakan hubungan kita. Biar om dave dan kita saja yang tahu. Oke? Tante dulu adalah sahabat papamu, kami bahkan sempat berpacaran lama sekali, tapi akhirnya papamu menikah dengan mama oik. Nah, sejak menikah, papa oik tak pernah lagi menghubungi tante. Padahal, tante tidak marah, lho. Tante tetap baik dan ingin bersahabat dengan papa dan mama oik. Syukurlah, kini oik mau bersahabat dengan tante. Begitu oik. Salam sayang buatmu.
       Tante winda


       Sejenak aku tertegun. Akhirnya aku tahu tentang semua misteri ini. Nama tante itu winda! Kami pun makin akrab. Aku masih terus mencurahkan isi hatiku kepadanya. Dan akujadi makin percaya diri, karena ada sahabat yang selalu memberiku semangat.
                Om dave tak pernah mau bercerita tentang tante winda. Aku jadi curiga, jangan-jangan....mereka berpacaran! Yah, siapa tahu....om dave kan, masih lajang.
                Hari ini aku dipercaya untuk membacakan puisi dalam acara menyambut kedatangan para pengurus yayasan tempat aku sekolah. Wow, aku bangga sekali! Aku takkan bisa begini, tanpa jasa tante winda.
                Ternyata, pimpinan pengurus pusat yayasan masih muda dan cantik. Usai aku membacakan puisi dipanggung, pimpinan pengurus pusat itu memberiku sekuntum mawar merah. Tepuk tangan sangat meriah. Mataku jadi berkaca-kaca karena terharu....
                “terima kasih atas puisimu yang sangat indah, oik. Tante winda sangat bahagia atas persembahan puisi dari sahabat tante sendiri...” ucap pengurus yayasan tersebut pelan, sambil menatapku. Begitupun aku. Lama, kami saling menatap. Ada sesuatu dimata bening milik tante cantik itu. Sesuatu?
                Aha! Tiba-tiba aku ingat sesuatu...tante winda....tante winda! Apakah ini suatu kebetulan?
                “tante winda....?” kataku tergagap sambil terus menatapnya.
                “ya, sahabatku...” balas tante winda sambil tersenyum, lalu sebelah matanya mengedip untukku. Aku memahami kedipan mata itu.
                Jadi, tante adalah tente winda sahabatku sendiri! Akhirnya aku mendekat dan segera memeluk haru tante lintang.
                Aku benar-benar tak pernah menduga, sahabatku didunia maya itu adalah pemimpin yayasan tempatku sekolah, sekaligus mantan pacar papa....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar