Mama merasa heran ketika siang ini aku menolak ajakannya pergi ke mall. Memang tidak biasanya aku menolak. Tapi, aku menolak ajakan mama karena ada alasannya. Mau tahu apa alasannya?
Aku ingin membuat sebuah kejutan untuk mama. Soalnya, besok mama ulang tahun. Tadi malam aku sudah membicarakannya dengan papa, dan papa sangat setuju serta mendukung rencanaku. Wah, senangnya, punya papa dan mama yang baik seperti mereka.
Sepertinya mama lupa akan hari ulang tahunnya sendiri. Maklum saja, mama sibuk sekali. Pagi-pagi sudah menyiapkan keperluanku dan papa. Siangnya, ketika aku kesekolah dan papa kekantor, mama bekerja sendiri dirumah karena mbak inah, pembantu dirumah, sedang pulang kampung menengok ibunya yang sedang sakit.
“acha dan papa kenapa, sih? Kok, dari tadi diam semua? Lagi mogok bicara? Atau, nyuekin mama?” tanya mama ketika kami berkumpul diruang keluarga menonton televisi sehabis makan malam.
Aku dan papa saling pandang, lalu menggeleng.
“acha juga tumben-tumbenan, diajak ke mall nggak mau,” keluh mama
Aku pura-pura menguap tanda mengantuk, “ acha ngantuk, ma. Acha tidur dulu, ya,” kataku berpamitan kepada mama dan papa sembari mencium pipi mereka bergantian.
Aku lihat mama melirik jam dinding. Baru pukul delapan. Sepertinya mama heran melihat tingkahku yang tidak seperti biasanya. Memang, tidur pukul delapan pada malam libur seperti ini adalah hal yang tidak biasa bagiku.
Didalam kamar, aku membayangkan rencana yang akan aku dan papa kerjakan besok pagi. Pasti mama akan senang melihat kejutan dari kami.
Rencananya, besok pagi sebelum mama bangun, aku dan papa mengerjakan semua tugas mama, seperti menanak nasi, membuat lauk, mencuci piring, dan menyiapkan semuanya, termasuk menyiapkan kue ulang tahun buat mama yang dibeli oleh papa dan sekarang aku simpan didalam lemari meja belajarku.
Ah, aku bangga sekali punya mama yang baik. Rasanya mama adalah orang paling baik didunia. Mama nggak pernah memukulku, walaupun aku sering bandel. Sebenarnya aku menyesal setiap kali bandel. Kadang aku juga kesal sama mama, karena mama suka melarang-larang. Namun, akhirnya aku juaga sadar, ternyata mama melarangku karena ia sangat menyayangiku.
Ah, mama..........
Aku menguap. Dan aku kaget begitu melihat jam dinding. Sudah pukul dua belas. Ya, tuhan! Bisa kesiangan aku!
“selamat ulang tahun, ma......,” kataku mengucapkan selamat kepada mama yang baru keluar dari kamarnya. Mama tampak kaget melihat akau dan papa yang sudah berdiri didepan pintu kamar.
“wah, kalian membuat mama kaget,” kata mama dengan wajah berbianr dan mata berkaca-kaca. “kalian yang mengerjakan semua ini?” tanya mama setengah heran sambil memandangi makanan yang sudah tersaji diatas meja.
Aku dan papa mengangguk bangga.
“terima kasih, ya,” ucap mama.
Aku dan papa mencium pipi mama bergantian. Lalu aku berlari kedalam kamar untuk mengambil kue ulang tahun. Ketika aku kembali, tiba-tiba......
BRUUUUUUUK................!
Aku tersandung dan jatuh. Kue ulang tahun yang kubawa berserakan dilantai. Papa pun melotot marah.
Tok tok tok...!
“acha....bangun cha....!”
Aku mengucek mata. Kupandangi sekitarku. Dimana kue ulang tahunnya?
Suara ketokan pintu membuat aku segera bangkit dan membuka pintu. Didepan pintu, mama berdiri sambil memandangiku.
“kamu kenap? Kok, tadi mama dengar ada suara seperti benda jatuh?” tanya mama mengawasiku.
Aku nyengir sambil mengelus-elus pinggangku yang masih terasa sakit. Huh, ternyata aku baru saja bermimpi dan jatuh dari tempat tidur.
“ayo, sarapan!” ajak mama
Aku mengucek mata lagi dan memandang kearah meja makan. Disana sudah tersedia makanan yang tertutup tudung saji, lengkap dengan dua gelas susu untuk aku dan papa. Aku segera membuka tudung saji itu. Ada nasi goreng, lengkap dengan telor mata sapi dan tempe goreng.
“papa mana, ma?” tanyaku sambil celingak celinguk mencari papa.
“masih dikamar mandi,” jawab mama. “kamu kenapa, sih? Kok, kayak orang bingung begitu?” tanya mama yang sepertinya melihat kebingunganku.
“yang memasak semua ini siapa, ma?” tanyaku lagi sambil menunjuk sarapan pagi yang sudah tersaji dimeja makan. Aku yakin, pasti bukan papa yang melakukan semua ini. Pasti papa juga bangun kesiangan seperti aku. Apalagi, tadi malam papa pasti nonton sepakbola di televisi sampai larut.
“ya, mamalah, memangnya siapa lagi? Kan, mbak inah masih dikampung,” jawab mama
Aku nyengir sambil garuk-garuk kepala. Rencanaku untuk membuat kejutan buat mama berantakan. Soalnya, mama sudah bangun terlebih dahulu. Mama memang benar-benar hebat dan tidak tertandingi perhatiannya kepada keluarga.
“setelah aku mandi, kami pun sarapan pagi bersama. Sambil sarapan, papa menceritakan rencana kami yang gagal. Mama tertawa mendengar pengakuanku. Tapi, sebenarnya rencana kami tidak gagal total, kok. Sebab, aku dan papa masih punya satu kejutan lagi, yaitu kue ulang tahun yang masih kusimpan dalam lemari meja belajar.
Begitu selesai makan, aku langsung masuk kamar untuk mengambil kue ulang tahun itu. Beberapa saat kemudian, aku kembali dan meletakkan kue ulang tahun yang masih tertutup kardus itu dimeja makan.
“apa ini?” tanya mama heran.
“buka saja, ma,” pintaku sambil melirik papa, dan papa mengedipkan matanya kepadaku. Aku tersenyum senang. Pasti mama akan senang mendapat kejutan ini.
Mama membuka kardus kue itu. “ya, ampun....!” pekik mama dengan mata membulat
“selamat ulang tahun ya, ma,” ucapku sambil mencium pipi mama.
Papa tidak mau kalah. Ia ikut mengucapkan selamat dan mencium pipi mama juga. “sekarang potong kunya!” anjur papa
“tapi.....”kata mama ragu
“kenapa, ma?” tanyaku heran
“lihat, kuenya banyak semut,” jawab mama sambil menunjuk kue ulang tahun didalam kardus.
Aku dan papa segera melihat kuenya. Dan memang benar, kue ulang tahun itu dikerubuti semut-semut kecil.
Papa tertawa ngakak. Mama juga ikut tertawa. Hanya aku yang meringis.
“nggak apa-apa, kok. Mama tetap bahagia, karenaacha dan papa sudah berusaha menyenangkan hati mama. Terima kasih, ya,” mama segera memeluk dan mencium pipiku dan pap secara bergantian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar