Selasa, 08 Februari 2011

Sebuah Awal Di Desember Part 1

                “zy, tunggu!” ozy yang tengah berlari kecil menghindaro gerimis, terpaksa menoleh mendengar ada yang memanggilnya.               
                “nggak bawa payung, ya?” ray segera menjejeri langkah ozy
                “kalo bawa, ngapain juga aku mesti lari – lari gini?”
                Ray nyengir. “hari ini giliranmu piket kan?”
                “yup! Hampir terlambat nih....” ozy melirik jam tangannya. “tadi angkotnya ngetem. Nunggu penumpang penuh.”
                “biasalah, kejar setoran.” Timpal ray sedikit ketus. “mana mau sopir sopir itu ngerti, kalo kita lagi kepepet waktu?”
                “ya udah, nggak usah ngomel gitu kali....jelek tahu!”
                Ray mendelik. Bibirnya cemberut lucu, melihat ozy yang tertawa tanpa dosa. Tapi tawa ozy berhenti, ketika sebuah tepukan pelan mendarat dibahunya.
                “met pagi ozy......”mendadak munul seseorang menjejeri langkah ozy. Senyum cewek itu mengembang ramah.
                Sejenak ozy bengong. Dengan ragu ia membalas senyum cowok itu. Sungguh, ia merasa tak mengenal orang yang menyapanya itu
                “hai, pagi juga.” Ray yang menyahut tanpa malu malu. “kok Cuma ozy sih yang disapa? Aku nggak?”
                Cewek itu tertawa kecil. “hai juga deh. Sorry, nih, aku duluan ya.....sampai nanti!”
                Alih alih membalas lambaian cowok itu, ozy malah diam mati gaya.
                “zy, kapan kamu kenalan sama cewek tadi?” ray mencolek lengan ozy yang masih bungkam. “punya kenalan baru kok nggak bilang bilang sih?”
                “kenalan baru gimana?” ozy manyun. Justru aku merasa nggak kenal dia. Kayaknya dia salah orang deh”
                “nggak mungkin kalau salah. Jelas jelas tadi dia manggil nama kamu”
                “iya juga sih....” gumam ozy makin bingung. “ah, udah, deh, ngapain juga dipikirin?”
                “tapi, zy.....kayaknya aku pernah lihat tuh cewek. Anak kelas berapa yak?”
                “udah ah, nggak penting. Yuk, buruan jalannya. Gerimisnya makin gede nih” ozy berusaha menututupi kepalanya dengan telapak tangannya. Sia sia, karena gerimis semakin kerap  menerpa.
                Kedua sosok itu berlarian kecil menuju gedung sekolah. Rambut ozy mulai basah, butir butir hujan itu mulai merembes membasahi kulit kepalanya.
                Desember selalu saja membuat ozy miris. Kejadian yang menyakkitkan pernah berulang dibulan yang sama. Peristiwanya memang tak sama, tapi dampaknya sama sama membuat hati ozy dingin. Yang akan terasa semakin menyakitkan dengan angin dan hujan yang memang selalu datang di Desember
                Desember dua tahun lalu, mamanya meninggal tanpa sakit yang berarti ( just Story ). Semua tak menyangka kalau demam tinggi yang menyerang mamanya, merupakan pertanda awal kalau ozy akan kehilangan mamanya untuk selamanya. Ozy terpuruk....
                Setahun lalu, didesember pula, ozy kehilangan acha. Sosok yang pernah mengisi hari hari ozy dengan sejuta kerlip kebahagiaan. Yang pernah dekat dihatinya dan merupakan orang pertama yang diingatnya saat ozy bangun setiap pagi. Namun acha tega menorehkan luka yang dalam di hati ozy, saat cewek itu berpaling pada debo. Cowok yang dikenal acha lewat facebook. Hati ozy berdarah....
                Sekarang desember hampir datang lagi. Sama seperti tahun tahun yang lewat, terpaan hujan dan cuaca kurang bersahabat selalu menyertaikedatangannya. Akankah desember ini pun ozy akan menemui kejadian yang menyakitkan? Bukan ozy berharap, namun ia masih belum bisa lepas dari trauma itu.
                Pandangan ozy menatap nanar keluarjendela kamarnya. Demam ini semakin terasa menyiksa. Badannya masih terasa lemas dan kepalanya berdenyut denyut sakit bukan main. Semua penderitaan ini pasti gara gara ia kena gerimis kemarin itu. Ah, memang paling menjengkelkan kalau sudah terserang sakit!
                Ozy tersentak kaget dan sadar dari lamunannya, saat getar dari hapenya menimbulkan suara khas, ketika beradu dengan meja belajarnya. Sengaja ia mematikan dering hapenya karena memang saat ini ia Cuma ingin sendiri.
                Ternyata ray. Pasti ia cemas karena sejak kemarin ozy tak menjawab sms juga teleponnya. Kasihan. Ozy jadi merasa bersalah juga.
                “halo, ray”
                “zy, kemana aja kamu? Dua hari bolos?” berondong ray ketika suara ozy terdengar.
                “sembarangan ngatain aku bolos. Aku udah izin sakit, tahu.” Protes ozy tak terima. “kalau nggak percaya, besok aku bawa surat sakit dari dokter.”
                “kamu serius nih? Sakit apa?” suara ray terdengar kaget. “kamu udah kedokter?”
                “belum sih. Rencananya ntar malam. Maunya aku nggak usah. Tapi papa memaksa. Papa khawatir aku kena demam berdarah.” Ozy menarik napas  pasrah. “ohya, terus kamu bawa kabar apa nih?”
                “banyak. Kamu mau cerita yang mana dulu nih?”
                “yang pentingnya saja dulu,” usul ozy cepat.
                “ini yang paling penting. Kamu ingat nggak cewek yang nyapa kamu, waktu gerimis itu?” suara ray terdengar bersemangat.
                “lho. Kok jadinya keurusan cewek sih?” ozy jadi geli bercampur heran. “katanya yang penting dulu?”
                “ya memang ini bagian yang terpenting, mas!” suara ray terdengar penuh tawa diujung sana. “kemarin aku ketemu dia lagi. Terus dia nanyain kamu, zy!”
                Ozy diam. Sekian detik ray tak mendengar suara apa apa......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar