Minggu, 06 Februari 2011

Terserah Mama



                Oik suka sekali membaca. Koleksi bukunya dikamar sampai dua rak, mulai dari buku komik, novel anak, hingga ensiklopedia. Oik merawat bukunya dengan baik. Setiap kali membeli buku baru, ia langsung memberinya sampul plastik dengan rapi.
                Buku-buku itu dikelompokkan menurut jenisnya. Bukunya dibaca dengan hati-hati dan tak pernah melipat halamannya agar tidak rusak. Bila ada teman yang meminjam, namanya akan dicatat.
                Sayangnya, ia rapi dalam merawat buku saja. Lainnya? Hmmmmm....... oik terkenal cuek bebek. Mamanya yang mengurus semua keperluannya. Padahal, oik sudah besar. Sudah kelas 2 SMP.
                “ik, kamu bereskan sendiri kamarmu, ya! Mbak rini sakit, sedang istirahat dirumah saudaranya.” Kata mamanya hari minggu pagi. Mbak rini adalah pembantu dirumah oik.
                Tanpa menoleh, oik mengangguk. “sebentar, ma!” jawabnya singkat. Ia sedang asyik membaca buku baru, judulnya judy moody.
                “ayo, bergerak, dong!” mamanya mulai kesal karena oik tak kunjung beranjak dari kursi sofa. Mamanya mau membereskan meja makan dan mencuci gelas piring, tapi oik masih asyik rebahan disitu sambill membaca. “ikkkkkkk.....” ucap mamanya lagi, sedikit berteriak, karena oik tetap cuek seperti tidak mendengar ucapan mamanya.
                Kalau nada suara mamanya sudah begitu, baru deh, oik bergerak. Dengan langkah malas, ia masuk kamar. Huh, membereskan kamar? Gerurtunya dalam hati.
                Sampai dikamarnya, oik bukannya segera berberes, ia malah kembali melanjutkan membaca buku diatas tempat tidurnya yang masih berantakan. Sejam kemudian, mamanya masuk kamar. “ya yampuuuun....oikkkkkk.....” ucap mamanya sambil mengurut dada.
                Oik nyengir. Mamanya yang capek menyuruh, langsung membereskan tempat tidur anak gadisnya itu dengan gerakan kesal.
                “ma, sini....ma, biar oiik saja!” oik menarik sapu dari tangan mamanya.
                “sudah, kamu mandi saja sana  biar mama yang membereskan!” ucap mamanya ketus. Oik langsung keluar kamar dengan perasaan tak enak.
                Begitulah oik yang kelewat cuek. Saat membeli baju, ia juga tidak seperti anak cewek lain. Oik paling malas memilih baju ditoko. Ia lebih suka nongkrong ditoko buku, menghabiskan jatah uang beli buku dari papanya, daripada mesti berlama-lama, bolak-balik kekamar ganti, hanya untuk memilih baju yang cocok untuknya.
                “terserah mama, deh....” kata oik saat mamanya menunjuk baju-baju bagus yang dipajang ditoko. Pikirannya lebih tertuju pada buku anak-anak terbaru yang dipajang dirak toko buku. “wah, harus cepat-cepat beli, nih!” pikirnya tak sabar.
                Mamanya menggleng. “ya sudah, kamu ketoko buku saja, sana!” kata mamanya sedikit kesal. Secepat kilat, oik kabur ke toko buku. Mamanya mendesah, “lihat, pa, anakmu! Mama pusing deh. Lihat tingkah oik.”
                Papanya hanya nyengir. “yah, namanya juga kutu buku, ma, nggak peduli sama baju. Bagus itu!” komentar papanya.
                “huu....papa! sesama kutu buku selalu membela, ya?” mamanya merengut.
                Hari itu, untuk kesekian kali, mamanya yang memilihkan baju untuk oik. Untung, mamanya tahu betul selera oik. Dan pilihan mamanyatak pernah salah.
                Sampai dirumah, mamanya mengeluarkan baju dari bungkusan. “wah, terima kasih, ya, ma, bajunya keren deh!” oik kegirangan memeluk mamanya. Baju barunya yang berwarna hijau muda memang cantik sekali. Mamanya menggeleng. “kapan kamu mau berubah, nak?” kata mamanya dalam hati.
Sebulan kemudian. Oik mendekati mamanya. “tambahin uang oik, dong, ma! Minggu depan keke ulang tahun. Oik pengen beli baju baru buat datang kepestanya,” rengek oik sambil memeluk  mamanya yang sedang baca koran.
                Dikeluarga mereka, memang sudah tradisi, jika ingin beli sesuatu mereka mesti menabung dulu, baru minta tambahan. Dan oik menabung dua bulan. Mamanya pun mengangguk. Apalagi baju pesta oik memang sudah kekecilan semua.
                “belinya besok sore, ya! Kamu tidak ada les, kan?” tanya mamanya.
                Waduh, padahal besok ia diajak acha untuk menghadiri jumpa pengarang idola ditoko buku. “ ng....ma, oik bisa nitip, nggak? Oik besok tidak bisa ikut,” ucapnya sambil memutar  otak. “oik mesti les tambahan, ma, karena minggu lalu oik nggak masuk. Mama ingat, kan?” oik lagi-lagi berbohong.
                Mamanya mengangguk. “ya sudah, lain kali saja, ya! Tunggu kamu ada waktu,” ucap mamanya ringan.
                “yaah, mama! Pesta ulang tahunnya sebentar lagi, takutnya nanti nggak keburu. Modelnya terserah mama, deh! Oik percaya, kok, pilihan mama pasti keren!” rayu oik lagi. Lagi-lagi mamanya mengangguk. “asyiiik...!” peluk oik mesra sambil menciumi mamanya.
                Ulang tahun keke sore ini pasti meriah. Mama dan papa oik sedang pergi. Hanya ada mbak rini dan oik dirumah.
                “mbaaaak.....! baju oik yang baru dibelikan mama mana, ya?” oik mengaduk-aduk lemari bajunya. Mam sudah membelikannya baju. Namun, karena saat itu ia sedang asyik membaca, ia pun tak memperhatikan ketika mamanya menunjukkan baju yang baru dibelinya itu. “keran, ma, keren! Ntar pasti oik cobain!” ujarnya ketika itu sambil terus memelototi buku harry potter yang sedang seru-serunya.
                “yang ini ya, neng?” kata mbak rini sambil mengacungkan satu setel baju panjang warna merah jreng. Oik ternganga sampai mulutnya terbuka lebar. “baju ini sama ibu ditaruh ditaru diatas meja. Tuh, masih ada labelnya. Pasti ini baju baru untuk neng oik!” kaata mbak rini lagi.
                “nggak mungkin! Masa modelnya kayak untuk tannte-tante gini sih, mbak?” oik nyaris nangis.
                Mbak rini kebingungan. “lha...adanya Cuma ini kok, neng!” mbak rini langsung balik kedapur lagi.
                “duuuh....enaknya nggak usah dateng saja apa,ya? Tapi....keke pasti bakal kecewa kalau aku nggak dateng. Belum lagi acaranya pasti meriah dan makanannya enak-enak,” pikirnya ragu. Akhirnya oik pun memutuskan untuk datang dengan memakai baju pilihan mamanya yang kali ini yang modelnya nggak banget itu.
                Pulang dari pesta keke, oik tampak lesu dan matanya sembap. Ia benar-benar dibikin malu oleh baju tante-tante itu. “mama jahat! Kok, milih baju tannte-tante buat oik? Gara-gara baju itu, aku ditertawakan teman-teman,” gerutunya.
                Selama pesta, teman-temannya memang memandang oik sambil berbisik-bisik menahan tawa. “ baju baru, nih? Atau pinjem punya nenek ya, ik?” ledek ozy. Merasa tersinggung, oik pun langsung kabur.
                Sambil mengusap mata, oik masuk rumah
                “lho...oik, kamu darimana? Kok, pakai baju tante winda?” tanya mamanya heran
                Oik terkejut. “apaa? Punya tante?” tanyanya tak kalah heran.
                “iya, kemarin kan, mama belanja sama tante winda. Terus, belanjaannya terbawa mama. Kok...” mamanya terheran-heran.
                “lalu baju pesta oik mana, ma?” ia bingung.
                “lho, kan mama sudah bilang, bajumu mama taruh diatas meja setrika. Tadi pagi, kamu tidak mendengar pesan mama, ya?” mamanya menunjuk baju pink diatas meja setrika.
                Oik baru ingat, tadi pagi ia memang  sedang asyik membaca komik, sehingga tidak begitu memerhatikan pesan mamanya.
                Ya, ampuuun....pantesan aneh! Baju merah ngejreng ini ternyata punya tante winda yang bodinya memang imut, batin oik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar