Jumat, 15 April 2011

Cardan Part 6

Pagi ini Joe bersiap untuk pergi ke Little, tapi sebelumnya ia masih harus bertemu Acha. Ia menunggu Acha ditaman istana seperti biasanya. Sekarang, ia harus melakukan sebuah perjalanan yang cukup jauh, staminanya harus sempurna. Disebelahnya terdapat palu besi yang telah menjadi senjata andalannya sejak lama.
          Sebuah palu yang terbuat dari bongkahan besi besar. Memang sepintas tidak ada yang menarik, karena benda itu sama sekali tidak mengkilap seperti senjata-senjata ksatria lainnya. Hanya sebuah palu berukuran satu meter, mata palunya berdiameter sekitar 40 sentimeter dan terbuat dari besi hitam. Tapi, sampai sekarang, tidak ada yang tahu berapa berat benda itu sebenarnya karena hanya Joe yang mampu mengangkatnya. Dan semua orang tahu bahwa Joe adalah orang terkuat di Stars bahkan mungkin di daratan Garinka.
          Joe diberi mandat oleh raja Gabriel untuk melihat kondisi di Little. Selain itu, ia juga ditugaskan untuk turun membantu para jendral perang Stars yang telah berbulan-bulan memimpin  peperangan disana. Sebenarnya, dia sudah lelah berperang, namun belum ada seorang jendral  baru yang pantas untuk menggantikannya. Baginya, umurnya terlalu tua untuk berperang dan ia ingin segera pensiun dari kedudukannya.
“Joe!” teriak Acha sambil menghampirinya
          Joe merentangkan tangannya dan memeluk sang putri yang telah menjadi teman baiknya. Sang putri memeluknya erat dan tak kuasa untuk tidak meneteskan air mata. Joe pun merasakannya, ia membelai rambut Acha dengan lembut, tak lama kemudian ia melepaskan pelukannya.
“aku harus pergi.” Joe menyentuh pipi Acha yang sudah basah oleh air mata. “mereka membutuhkanku disana.”
“lalu siapa yang menjagaku disini?” tanya Acha. “siapa yang akan menjaga Hinkal bila kau pergi?”
          Joe tersenyum, kemudian ia melatakkan palunya dibahu kanan.
“Dave akan menjagamu dan Hinkal,” jawab Joe, lalu melangkahkan kakinya.
“aku tak mempercayainya!” bentak Acha sambil menghentikan langkah Joe dengan kedua tangannya.
          Joe dengan lembut menurunkan tangan Acha yang menahan dadanya. Kemudian, ia menggendong Acha dibahu kirinya. Sehingga kedua bahunya mengangkat dua beba yang berbeda. Dibahu kanannya terdapat palu besi senjatanya, sedangkan dibahu kirinya terdapat tubuh Acha yang masih tak merelakan kepergiannya. Joe melangkahkan kaki dan berjalan menuju gerbang istana. Disana raja Gabriel sudah menunggunya.
“kau telah dewasa dan aku yakin kau dapat menjaga dirimu sendiri,” ujarnya pada Acha yang dari tadi masih menangis dan sesekali memukul punggung Joe. “kini, Hinkal kuserahkan padamu,” ujar Joe sambil melepaskan Acha kembali.
          Digerbang utama istana, telah hadir para pejabat istana, permaisuri Sivia, pangeran Ozy, penasihan Winda, dan jendral Dave juga ada disana. Tampak Sivia dan Dave sedang bercakap-cakap. Gabriel dan Winda sedang memeriksa para pasukan yang akan berangkat. Sedangkan Ozy berdiri dengan kepala tegap. Raja Gabriel menyapa ramah para pasukan yang akan melaksanakan tugas darinya. Ia menjabat tangan mereka satu persatu.
          Tak lama kemudian, datang Joe yang masih menggendong putri Acha dibahu kirinya. Kedatangannya disambut hangat oleh Gabriel. Joe menurunkan Acha dari bahunya lalu menjabat tangan Gabriel.
“kalahka mereka, Joe!” ujar Gabriel.
          Joe menganggukan kepala dan tersenyum, walaupun ia tahu tugas ini berat baginya. Tugas yang membahayakan nyawanya karena ia harus turun lagi ke medan perang. Beberapa Jendral perang sudah berada digaris depan , membantu armada kerajaan Little mengusir pasukan Moon. Tapi semua itu belum cukup. Joe ditugaskan untuk membantu mereka. Gabriel tahu benar, bila Little jatu ke tangan Moon, maka kerajaannya akan berbatasan langsung dengan Moon. Setelah itu, hanya para dewa yang tahy apa yang aka terjadi.
          Kemudian Raja Gabriel berdiri tepat digerbang istana. Permaisuri Sivia, Winda, Ozy beserta para pejabat negara lainnya ikut berdiri dibelakangnya. Joe dan Dave berdiri sejajar dihadapan mereka. Acha masih saja menggenggam tangan Joe yang sebentar lagi akan berangkat. Duta yang juga menghadiri keberangkatan tersebut, menarik Acha dari sisi Joe. Gabriel dan Sivia terharu melihat kesedihan putrinya.
          Gabriel mengambil tongkat raja yang dari tadi dipegang Winda. Joe dan Dave beserta pasukan mereka berlutut. Raja Gabriel mengarahkan tongkatnya pada mereka.
“pergilah! Harumkan nama Stars! Dewi Furita akan selalu menyertai kalian!” titah Gabriel dengan tegas dan lantang.
          Ozy dan yang lainnya memandang Gabriel dengan kagum. Sungguh seorang raja dengan pesona luar biasa. Setelah Gabriel menyampaikkan pesannya, semua yang berada disana bertepuk tangan. Kini para jendral dan pasukannya siap untuk diberangkatkan. Dave sekali lagi menjabat tangan Gabriel dan yang lainnya. Joe mendekati Acha yang masih menangis disebelah Duta. Ia membelai rambut hitam Acha. Acha menudukkan kepala, tidak mau melihat kepergian Joe. Joe kemudian berjalan menuju raja.
          Dave dan pasukannya memeriksa senjata san kuda-kuda untuk terakhir kali. Regunya akan berangkat terlebih dahulu, sedangkan Joe hanya akan berangkat seorang diri. Kali ini, Ozy membusungkan dada dan ikut memeriksa pasukan. Permaisuri mendekati Dave dan membisikkan sesuatu. Setelah semuanya siap, untuk terakhir kalinya. Dave dan pasukannya membungkukkan tubuh kepada Gabriel. Gabriel menganggukkan kepala, kemudian Dave dan pasukannya berjalan keluar istana.
“Joe, sampaikan salamku untuk Dimas, Alvin, Debo, Zevana, Deva, dan Iwan,” ujar Gabriel kepada Joe. “pukul mundur musuh kita!”
“baik, yang mulia. Akan saya sampaikan, dan akan saya tunaikan tugas sebaik mungkin,” jawab Joe.
“sebaiknya begitu, Joe!” sela Ozy.
          Joe hanya tersenyum mendengar perkataan pangeran. Lalu ia menjabat tangan Gabriel dan Ozy. Dan istimewanya, Joe mendapat ciuman dipipi dari permaisuri. Wajah Ozy kikuk, wlaau Gabriel tampak biasa-biasa saja. Joe memejamkan kedua matanya dan perlahan sepasang sayap muncul dari punggungnya. Sayap yang panjangnya hampir dua meter dengan bulu-bulu merah tua yang sangat lebat. Joe telah siap untuk penerbangan panjangnya. Saul melipat kedua sayapnya lalu melompat, diketinggian hampir sepuluh meter ia kembali membentangkan sayap dan melayang di udara. Ia melayang dan terbang berputar diatas kota. Yang lain hanya memandang kagum.
          Tiba-tiba Acha ikut melompat dan terbang disebelah Joe yang masih terbang berputar. Gabriel, Sivia, Ozy, Duta, dan apalagi Winda gurunya terkejut melihatnya. Kemampuan Acha sangat berkembang pesat, hingga ia dapat menemani Joe terbang.
“Acha!!! Kau bisa terbang!!” ujar Joe bangga.
          Acha tak menjawab pertanyaannya. Air mata masih membasahi pipinya.
“sekarang, kembalilaah. Aku akan pergi sekarang. Aku menyayangimu aku akan menyelamatkan negeri kita,” lanjut Joe yang kemudian melesat dengan kecepatan yang tidak bisa dikejar sang putri. Hanya selang beberapa detik, Joe sudah tak terlihat lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar