Pukul setengah delapan malam, tidak seperti biasanya Acha sudah kembali kekamarnya. Malam ini dilewatkannya dikamar saja. Sebelumnya, ia telah melalui percakapan panjang dengan Duta dan ibunya tentang kunjungan ke penjara.
Ketika sedang termenung dan menimbang ajakan Ony untuk kembali mengunjunginya besok, terdengar suara ketukan pintu. Ia tahu, itu Shilla. Ia menyuruhnya masuk. Shilla masuk dengan baju seragam warna merah muda, dan membawa tatakan makanan. Shilla membuatkan sup kacang kesukaan Acha dan segelas suss. Shilla meletakkan makan malamnya dimeja.
“terima kasih, Shilla.”
Shilla menundukkan tubuhnya. “tadi Winda sempat menanyakan tuan putri,” kata Shilla ramah. “ia bertanya, mengapa tuan putri tidak makan malam bersama yang lain seperti biasanya.”
Acha menggigit bibirnya. “apa ia terlihat kesal?”
“wajahnya biasa saja, tapi dari nada bicaranya, kukira ia mungkin sedikit kesal,” jawab Shilla. “aoa tuan putri melakukan kesalahan?”
“aku tidak mengikuti pelajaran sihir tadi. Dan aku tidak memberitahukan sebelumnya.” Jawab acha risau.
Sorot keibuan terlihat jelas pada mata dan senyum shilla. “ia akan mengerti dan melupakan kesalahan putri, bila putri meminta maaf dan menjelaskan alasan sebenarnya.” Kemudian ia mohon diri pada acha.
Acha menggaruk alisnya saat wanita itu memberi hormat lalu meninggalkan kamrnya. Aku akan dimarahi, pikirnya. Winda adalah seorang yang kolot dan sangat kaku. Pernah, acha terlambat datang dan membuat winda menunggu selama beberapa menit, akhirnya acha harus melewatkan setengah jam yang terasa sangat lama untuk mendengarkan omelan winda.
Hari ini melelahkan, setelah menghabiskan makan malamnya, acha naik keranjang. Besok pagi saja menemui winda, pikirnya. Ia sangat lelah tapi tak bisa berhenti memikirkan ony, benar-benar orang yang menarik dan misterius. Ia ingat tentang ajakan ony dan ingin tahu apa yang diketahui ony tentang siafrik, walaupun ia sedikit gusar karena ony memintanya datang sendirian.
Seorang yang sangat ramah untuk ukuran tahanan, pikirnya sambil memadamkan lampu.
Apakah ia mengenal siafrik? Acha bertanya-tanya. Apakah ia tahu apa yang akan terjadi, di stars, bahkan di garinka?
Ketika mulai terlelap, acha merasakan sebuah dering peringatan dialam bawah sadarnya. Ia menatap kegelapan, mencoba memberi tahu apa penyebabnya. Sepertinya ada sesuatu yang telah terjadi atau mungkin yang akan terjadi. Tapi apa?
Sadar bahwa ia terlalu lelah untuk memusatkan pikirannya, acha berbalik, menarik selimutnya dan bersiap-siap tidur. Ia akan memikirkannya besok. Pasti masih banyak waktu, pikirnya, kemudian memejamkan matanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar