Senin, 09 Mei 2011

Cardan Part 19

Hampir sama seperti kemarin, pukul delapan malam acha sudah berada dikamar tidurnya. Namun kali ini, sebelumnya ia berada diruang makan istana untuk bersantap malam dengan keluarganya. Ia sedikit kecewa karena hanya ozy yang berada disana, yang ia kira tidak akan melewatkan apa pun yang berhubungan dengan makanan, juga tidak berada disana.
          Ia menyempatkan waktu sekitar lima belas menit untuk menemani kakaknya bersantap malam. Ia hanya makan beberapa suap, selera makannya mendadak hilang ketika ozy menceritakan tentang semua yang selama dua tahun ini ditutupi ibunya. Acha langsung mengingat pertemuannya dengan ayahnya tadi siang. Gabriel terlihat depresi. Mungkin rasa kesalnya memuncak, ketika sivia menceritakan misi rahasianya.
          Acha berdiri dibalkon kamarnya, memandangi langit dan bintang-bintang garinka. Semua yang telah terjadi dikerajaannya selama beberapa hari ini sungguh memuakkan. Ia benar-benar ingin semuanya kembali normal, seperti beberapa hari sebelumnya.
          Tak lama kemudian, seseorang mengetuk pintu kamarnya. Itu pasti shilla, pikirnya. Shilla pasti datang membawakan makan malam seperti biasa dilakukannya bila acha tidak menghabiskan santapan malam diruang makan istana. Tapi kali ini, acha sungguh tidak berselera makan. Ia membukakan pintu dan berniat menolak hidangan shilla dengan ramah.
          Namun, ketika sang putri membuka pintu kamarnya, orang yang mengetuk pintunya bukanlah shilla, melainkan seorang lelaki.
“siapa dirimu dan ada apa?” tanya shilla
“mengapa kau tidak menepati janjimu untuk menemuiku siang tadi?” balas pria tersebut.
          Dalam sekejap acha langsung menutup pintu kamarnya. Ia memang mempunyai janji untuk menemui seseorang siang tadi, tapi orang tersebut berada dalam penjara dengan penjagaan yang ketat. Tidak mungkin ia bisa keluar dari tempat itu dan datang ke kamarnya sekarang. Acha menghela napas pelan-pelan, berusaha menenangkan dirinya. Secara perlahan ia kembali membuka pintu kamarnya.
“mengapa kau tidak menepati janjimu untuk menemuiku siang tadi?” ujar wanita itu lagi.
“ony?”
“aku telah menepati janjimu, eksel tidak akan mengganggumu lagi.”
          Entah apa yang dipikirkan acha, gadis tersebut menarik wanita itu masuk kedalam kamarnya.
“apa kau ini, benar-benar ony?” tanya acha
“ya, dan hari ini adalah hari kebebasanku. Kupikir, hukuman yang selama ini kujalani sudah cukup.”
“bagaimana kau bisa keluar dari penjara? Atau obiet memang membebaskanmu?” acha mempersilakan ony duduk disofa kamarnya.
“apa kau benar-benar berpikir semua batu itu dapat mengurungku? Selama ini sebenarnya aku dapat dengan mudah keluar-masuk selku. Tapi aku telah berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan tetap disana untuk menebus semua kesalahanku sampai aku benar-benar dibutuhkan lagi oleh negeri ini,” jelas ony, ia kemudian berdiri untuk bercermin.
          Acha hanya melamun setelah mendengarkan orang itu. Apakah ia harus mempercayai ony, entah ia jahat atau baik. Tapi nalurinya seolah-olah mengatakan bahwa pria ini dapat membantunya.
“aku ingin menunjukkan sesuatu padamu, itu pun bila kau berminat,” kata ony
          Acha menganggukan kepala, ia telah memutuskan bahwa ia harus mengikuti nalurinya. Ony menyentuh bahunya, kemudian keduanya menghilang.
          Dalam sekejap, keduanya telah berada ditaman barat istana. Keduanya bersembunyi disebuah pohon besar. Ony menunjuk seseorang yang berada ditengah taman. Seseorang dengan kerudung hitam yang menutupi seluruh tubuhnya, wajahnya tak kelihatan dari sudut pandang mereka berdua.
“siapa dia?” bisik acha
“dia adalah orang yang kau tanyakan kemarin,” jawab ony
          Aku melihat siafrik, pikir acha. Sosok yang ditakuti seluruh penjuru garinka. Apa yang ia lakukan disini? Apa yang akan terjadi?
          Tak lama kemudian, datang dua orang menemui sosok tersebut. Dua orang yang jelas dikenal acha, ayahnya dan shilla. Beribu pertanyaan seolah-olah timbul dikepala acha, mengapa ayahnya dan pelayannya datang menemui sosok yang mungkin akan mengancam kerajaan stars.
          Ayahnya dan sosok tersebut nampak bercakap-cakap dengan akrab seperti dua teman lamanya yang sudah lama tidak berjumpa, namun wajah shilla nampak pucat pasi, sep[erti sangat terkejut. Selang beberapa menit kemudian, ketiganya diselimuti cahaya putih lalu perlahan-lahan mulai menghilang.
          Sebelum ketiganya benar-benar menghilang, acha berlari kearah mereka. Tapi terlambat, mereka sudah menghilang. Namun sebelum benar-benar menghilang , ayahnya memandang kearahnya, tersenyum dan melambaikan tangan. Wajahnya sangat ceria, sangat berbeda dengan mimik wajahnya tadi siang.
          Acha berlutut ditempat ayahnya menghilang, suhunya masih hangat. Ia menggenggam rerumputan. “aku tak mengerti!” teriaknya.
          Ony kembali menyentuh bahu sang putri, lalu membawanya kembali kekamarnya. Sang putri sangat tidak menginginkan ayahnya pergi tadi, ia tahu bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.
“kau harus menceritakannya!” ujar acha
“aku memang sudah tahu bahwa siafrik telah bangkit. Namun, aku sungguh tidak mengerti bagaimana raja stars dapat pergi dan tampak akrab dengannya.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar