Hinkal memiliki ajang bela diri tahunan, dan hari ini pendaftarannya dibuka. Alun-alun kota sesak oleh calon peserta yang berbaris didepan pos pendaftaran. Tidak seperti biasanya, pendaftaran kali ini hanya dibuka dua hari, setelah itu calon peserta akan langsung diseleksi. Tidak seperti biasanya yang harus menunggu beberapa hari untuk seleksi.
Diantara sekian banyak calon pendaftar, cakka berada ditengah-tengah antrean. Semalam ia memutuskan mengikuti ajang ini. selain ingin mendapat pengalaman baru, juga untuk menguki kekuatannya. Ia ingat pesan alvin. Mungkin ia yang terbaik dikamp pelatihan, tapi belum tentu terbaik ditempat lain.
Sudah satu jam ia berdiri menunggu antrean. Sesekali ia memerhatikan calon pendaftar lain. Didepannya, seorang manusia kerdil yang mengendarai seekor beruang mulai menarik perhatiannya. Bagaimana caranya mengendalikan hewan liar sebesar itu? Pikirnya. Orang ini duduk santai siatas beruang yang tidak dikekang. Cakka menoleh kebelakang, seorang gadis berambut merah tersenyum kepadanya. Gadis yang menarik. Cakka membalas senyumannya lalu mengembalikan pandangan kedepan.
Tak sampai lima belas menit kemudian, cakka sudah terdaftar sebagai peserta. Setelah itu ia diminta langsung menuju logica. Sebuah stadium yang luasnya sekitar seribu meter persegi, dengan kapasitas penonton kurang lebih dua puluh ribu orang. Stadium ini didirikan oleh raja bernama logica, ratusan tahun lalu. Dibangun sebagai tempat pertarungan gladiator zaman itu.
Cakka terpengarah oleh megahnya bangunan logica, ia membayangkan puluhan ribu penonton menyoraki dan memujanya, setelah ia memenangkan kompetisi ini.
Cakka tak menyadari ia telah sampai dibarisan paling depan. Seseorang memintanya menghantam lingkaran hitam yang terbuat dari karet yang sudah disediakan panitia. Diameternya sekitar tiga puluh sentimeter. Didekat bantalan karet itu ada deretan angaka yang menunjukkan kuatnya pukulan. Jika dihantam, jarum penunjuk akan mendarat disalah satu angka tersebut, sehingga dapat diketahui kuatnya pukulan. Ini seleksi awal bagi peserta.
Cakka mengumpulkan seluruh kekuatan tangan kirinya, lalu menghantam bundaran hita tersebut sekuat tenaga.
“seribu empat puluh!” seseorang berteriak mengagetkan semua yang ada disitu. Termasuk cakka.
“kenapa alat ini?” ia memeriksa alat tersebut. “kau bisa mencobanya sekali lagi.”
Cakka menganggukan kepala. Kini seluruh peserta dan panitia mengalihkan perhatian kearahnya. Seribu empat puluh adalah rekor baru. Sejauh ini rekor terkuat masih seribu tiga, itupun dipegang oleh joe, dulu. Setelah diminta oleh panitia, cakka bersiap memukulnya lagi, kembali mengepalkan tangannya dan menghantam bundaran hitam itu.
“seribu tiga puluh tujuh!” teriak orang tadi. Penonton pun terkejut. “alat ini mungkin sudah benar-benar rusak!” serunya.
“tidak! Alat ini tidak rusak!” seorang pria menimpali. Dari pakaiannya terlihat ia salah satu panitia. Lelaki itu lalu mendekati cakka dan menjabat erat tangan cakka. “kita telah menemukan seorang pemecah rekor baru!” serunya, kepada seluruh penonton kejadian itu. “namaku arry. Ikutlah denganku,”
Tidak menyadari apa yang sedang terjadi, cakka mengikuti arry. Cakka masih belum tahu pasti apa yang telah terjadi. Ia merasa hanya melakukan yang terbaik, namun tidak menyangka akan memecahkan rekor baru. Cakka menjadi semakin bingung ketika para panitia dan peserta menyorakinya dan bertepuk tangan.
“kau sudah terkenal sekarang!” ujar arry dekat telinga cakka. “namamu akan terpampang di lembaran pertama selembaran stars besok. Jadi, berhati-hatilah berbicara.”
Beberapa pencari berita terus mengikuti mereka berdua. Cakka mengikuti arry ke tribun barat dan ikut duduk disebelahnya. Sepertinya, kompetisi tahun ini akan sangat seru, pikir arry. Tak lama kemudian, ia kembali berjalan ke tengah stadium untuk memantau peserta.
***
Kini sepertinya seluruh hinkal mengenal cakka, semua orang selalu tersenyum dan menawarkan apa pun yang cakka butuhkan. Bahkan, ia mendapatkan kamar istimewa beserta pelayanan gratis disebuah penginapan ternama di kota. Ia sama sekali tidak menyangka apa yang dia alami.
Setelah selesai merapikan dirinya, cakka turun dari kamarnya menuju bar di penginapan. Ketika ia masuk, seluruh pengunjung bar menoleh ke arahnya, beberapa menyebut namanya. “cakka!”
Semua berebut menjabat tangan sang pemecah rekor. Cakka dipersilakan duduk di sofa yang hanya pernah diduduki oleh orang-orang penting. Tak lama kemudian, seorang pria setengah baya bertubuh sangat gemuk yang ternyata adalah pemilik penginapan datang dan menyapa ramah tamunya. cakka sedikit kikuk dengan perlakuan istimewa mereka.
"suatu kebanggaan besar bagi penginapanku ini, menerima seorang petarung besar sepertimu!” sapa pria tersebut, lalu menjabat tangan cakka. “apakah kau puas dengan pelayanan kami, tuan cakka?”
“semuanya sempurna! Aku sangat berterima kasih atas semua ini,” jawab cakka pendek, karena kini pandangannya tertuju ke panggung bar. Gadis yang tadi ditemuinya saat mendaftar sedang bernyanyi dipanggung. “apakah kau tahu siapa dia?” tanyanya kepada pemilik bar tadi.
Pria gendut itu tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan cakka. Cakka memandangnya dengan wajah aneh. “ia penyanyi utama disini, tuan. Ia sudah bernyanyi disini sejak umur dua belas tahun.” Kemudiania tersenyum kecil. “namanya ify.”
“ify....,” gumam cakka sambil memandangi gadis tersebut turun dari panggung. “mmm....”
“belum, tuan! Ia belum mempunyai kekasih.” Pemilik bar melambaikan tangannya ke ify dan memanggilnya. Ia seakan tahu pertanyaan dibenak cakka.
Gadis tinggi itu tersenyum dan berjalan kearah mereka berdua. Cakka menggelengkan kepalanya pada pemilik bar, namun pria gendut tersebut kembali memamerkan senyumnya yang lebar.
“aku ingin kau menemani tamu istimewa kita,” ujar pemilik bar pada gadis itu ketika ia berdiri dihadapan mereka berdua.
“halo, kita bertemu lagi,” sapa gadis itu. “namaku ify!”
“akh, rupanya kalian sudah saling bertemu!” kata pemilik bar. “baiklah, sebaiknya kutinggalkan kalian berdua disini. Aku mohon diri, tuan.”
Pria gendut tersebut pergi meninggalkan mereka berdua, tampak ia sangat sibuk dengan penginapannya. Kabarnya, kini ia juga membuka restoran elit disebrang penginapannya.
“aku yakin, besok wajahmu akan terpampang di seluruh garinka. Pemuda yang memecahkan rekor joe, sang ksatria stars!” ujar ify.
“aku benar-benar tidak menyagka akan menjadis seperti ini,” ujar cakka. “tapi, sekarang aku mulai menikmatinya,” lanjutnya disertai tawa kecil.
Ify tersenyum saja, ia memerhatikan wajah cakka yang tampak sedang menikmati suasana. Bagaimana pria ini mempunyai kekuatan sebesar itu? pikirnya. Apakah ia orangnya?
Setelah beberapa menit mengamati wajah pemuda yang duduk disampingnya, kini pandangan ify terarah pada sebuah tato kecil yang ada dipundak cakka. Tato yang sempat terlihat dari balik baju tanpa lengan cakka. Tanpa sepengetahuan cakka, gadis ini mengamati tato telapak tangan yang dipaku ditengah-tengahnya. Ia merasa pernah melihat gambar itu sebelumnya.
Beberapa saat kemudian, ia tiba-tiba ingat, gambar itu adalah lambang sebuah perkumpulan. Tapi ia lupa perkumpulan apa. Pikirannya tertuju pada pemuda yang memecahkan rekor garinka, yang kini sedang duduk disebelahnya. Bagaimana ia bisa?pikirnya. ia masih ingat bagaimana pemuda ini memukul karet pengukur. Ia yakin, cakka memukul bantalan karet tanpa mengarahkan seluruh tenaga, berbeda dengan dirinya waktu itu, yang hasilnya tidak cukup bagus untuk lulus seleksi meski sudah sekuat tenaga memukul karet pemukul.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar