Senin, 09 Mei 2011

Cardan Part 17

Baru berbelas-belas menit kemudian permaisuri merasa ada sesuatu yang aneh. Sepertinya saat ini ia tidak dalam situasi yang berbahaya, ia merasakan sesuatu janggal bila ada yang ingin mencelakainya. Bila moon ingin menculik seseorang, kecil kemungkinannya ia jadi sasaran. Ia mengernyitkan alis dan mulai berpikir keras. Tangan kanannya dari tadi menggenggam tangan shilla yang tampak sangat cemas akan keselamatan ray. Itu dia!!! Bila moon ingin menculik seseorang, sasarannya pasti sang cardan murni, pikir sivia, menyesal mengapa hal ini baru terpikir sekarang.
          Ia menunda membicarakan hal ini ketika melihat wajah shilla yang sangat cemas. Ia tidak ingin membuat shilla lebih cemas lagi, mungkin lebih baik bila hal ini dibicarakan nanti, diistana. Selain itu, ia harus benar-benar menjelaskan seluruh perbuatan dan tujuannya menutupi kamp pelatihan alvin dari suaminya. Suaminya akan keheranan mengetahui ia datang dengan deva yang cedera dan pasti akan bertanya alasan sivia menyembunyikan kamp itu selama dua tahun dari suaminya sendiri.
          Dua tahun lalu ia mendapat penglihatan tentang siafrik yang berhasil menduduki hinkal di perayaan dewi furita. Ia yakin benar waktunya karena ia melihat istana dihiasi oleh untaian bunga lili, sesuatu yang hanya muncul pada hari perayaan dewi furita. Ia yakin bahwa gabriel tidak mungkin memercayainya saat itu dan suaminya tersebut sedang mengarahkan seluruh pasukanuntuk membantu little yang diserang pasukan moon.
           Ia menceritakan sebagian penglihatannya pada beberapa jendral kepercayaannya. Awalnya, mereka semua tidak memercayainya tapi sang permaisuri benar-benar mendesak mereka semua. Akhirnya, walaupun dengan setengah hati, mereka mengiyakan permintaan permaisuri. Maka terpilihlah, alvin, debo, dan deva yang bertugas untuk mempersiapkan pasukan muda untuk mencegah hal yang dilihat sivia.
          Tahun lalu, pada perayaan dewi furita, sivia mulai ragu akan penglihatannya karena hari itu sama sekali tidak ada penyerangan atau keributan di hinkal. Ia mulai mencemaskan keputusannya namun tetap meminta alvin dan yang lain untuk bersiap akan segala kemungkinan. Peristiwa kehadiran cardan murni kemarin semakin meyakinkan dirinya bahwa stars akan terancam tahun ini. terlebih lagi, beberapa minggu lalu, ia harus mendapat penglihatan tentang bangkitnya siafrik.
          Sebenarnya ia telah mulai mendapat penglihatan sejak usianya masih belasan tahun. Bahkan ia bisa melihat perang zonega yang terjadi dua puluh tahun yang lalu,beberapa tahun sebelum terjadi. Kemenangan stars pada saat itu pun lebih dikarenakan penglihatannya yang akurat. Sivia berhasil membujuk suaminya untuk mempersiapkan seluruh pasukan didaratan zonega hari itu. Alhasil pasukan stars berhasil mengejutkan pasukan moon yang sedang dalam perjalanan menuju hinkal dan akhirnya menanglah pertempuran tersebut.
          Tak terasa, kini mereka sudah sampai di hinkal. Setelah mengantarkan deva dan nico keruang perawatan, permaisuri berjalan melalui jalan utama, menuju pintu istana. Sebelum sang permaisuri masuk kedalam istana, acha mencegatnya. Ia harus melaporkan insiden tadi pagi pada ibunya. Sorot mata gusar terlihat jelas dimatanya. Acha memejamkan mata ketika ibunya mencium keningnya dan membelai rambutnya. Untuk sesaat, kelembutan sivia menyejukkan kegusarannya.
          Selama lima belas menit, ibu dan anak tersebut membicarakan kematian eksel dan pendapat acha tentang kejadian itu. Permaisuri sivia dengan luar biasa tenang menanggapi  keresahan putrinya. Senyumnya yang indah  sama sekali tidak hilang dari wajahnya ketika berusaha menenangkan putrinya.
          Timbul kelegaan dalam hati acha ketika selesai menceritakan semuanya. Namun timbul perasaan aneh ketika ibunya menjawab semua pertanyaannya. Sivia seperti sudah mengetahui hal tersebut. Seluruh ucapannya tampak sudah tertulis dimulutnya dan senyumnya seolah-olah mengatakan bahwa ini bukan sesuatu yang patut untuk dikhawatirkan.
“bunga ini indah, ya?” tanya sivia
          Acha nyaris tidak memperhatikan setangkai bunga yang dari tadi digenggam ibunya. “aku yakin benar,” katanya. “pelakunya pasti ony.”
“mungkin.” Sivia menjawabnya. “tapi eksel seorang yang sangat jahat. Kematiannya bukan sesuatu yang patut disebut kehilangan. Dan itu bukan lah sesuatu yang harus dikhawatirkan.”
          Tentu saja, acha merasa tidak puas dengan jawaban ibunya. Yang membautnya khawatir bukanlah kematian eksel, melainkan bila perkiraannya benar, ony membunuh teman selnya agar acha tidak ketakutan bila menemuinya. Dan alasan lainnya yang juga dikhawatirkan adalah reaksi ayahnya jika mengetahui bahwa ia menemui seorang yang sangat berbahaya di stars kemarin.
          Pembicaraan mereka yang singkat diakhiri janji ibunya untuk membelanya bila ayahnya marah.
          Sivia meninggalkan putrinya yang duduk termenung. Jelas benar bahwa permasalahan putrinya tidak lebih penting dari masalah yang harus segera dibicarakan dengan suaminya. Dengan langkah cepat ia berjalan masuk kedalam istana menuju kamarnya.
***
          Pukul enam ia sudah sampai diruang singgasana, tempat suaminya berada. Sebelumnya, ia menyempatkan diri untuk mandi, menyegarkan tubuhnya yang lelah.
          Sivia melihat suaminya sedang duduk, ditemani winda. Dilihat dari raut keduanya, ia rasa, suaminya dan winda juga sedang merasa gusar sama seperti acha karena permasalahan yang sama. Sivia tidak merisaukan hal itu. Sekarang, tinggal beberapa detik lagi ia harus merangkai kata-kata yang tepat untuk menjelaskan seluruh permasalan pada mereka berdua.
          Kedatangannya disambut peluk hangat dan sapaan lembut suaminya. Timbul keraguan ketika hendak menceritakan semuanya. Aku yakin semua keputusanku benar, pikirnya, lalu memutuskan untuk memulai. Namun sesaat sebelum kata-kata itu keluar dari mulutnya, gabriel memotongnya dengan topik terbunuhnya salah seorang tahanan berat kerajaan.
          Sivia tersenyum ketika mendengarkanseluruh ucapan suaminya, kemudian disusul penasihatnya. Selama sepuluh menit, ia dengan sabar mendengarkan hal yang tadi telah didengarnya dari putrinya. Perasaan lega tercipta dihatinya ketika keduanya sama sekali tidak menyinggung tentang acha. Ia yakin bahwa keduanya tidak mengetahui akan hal itu.
“sivia, siapakah beberapa orang yang kau bawa kemari?” tanya winda setelah bercerita mengenai eksel.
          Sivia tahu bahwa inilah saat baginya untuk menceritakan semuanya. “deva dan beberapa muridnya,” jawabnya pendek. “ada banyak hal yang telah kulakukan, yang tidak kalian ketahui selama dua tahun ini. aku punya alasan untuk semua itu, mungkin kalian akan marah mendengarnya, tapi aku sangat yakin dengan keputusanku.”
“sivia azizah, aku sangat berterima kasih atas keterangan ini. sungguh kau adalah seorang istri yang sangat hebat. Istri yang ternyata sanggup mencampuri semua pekerjaan suaminya,” jawab gabriel dengan wajah sangat kesal, kemudian berjalan keluar ruangan.
          Sivia hanya terdiam melihat suaminya pergi, tanpa berniat sedikit pun untuk menghentikan atau mengejarnya. Sebenarnya, ia sudah bisa meramalkan  bahwa suaminya akan bereaksi demikian. Ia tahu benar bahwa gabriel adalah seorang pria dengan harga diri yang sangat tinggi. Suaminya tidak akan menerima alasan sivia, gabriel pasti merasa harga dirinya terkoyak karena istrinya memutuskan sesuatu tanpa sepengetahuannya.
“kurasa, kau harus mengejarnya dan menjelaskan seluruh tindakanmu,” kata winda
“tidak, itu semua tidak akan berhasil. Lagi pula ia sudah tahu alasanku melakukan semua ini,” jawab sivia santai, lalu berjalan menuju kamarnya, meninggalkan winda dengan sejuta tanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar