Selasa, 22 Maret 2011

Oik Dan Tanaman Misterius Part 5


Kedua gagak itu menukik kearah tawon-tawon. Mereka mengepakkan sayap dan berkoak-koak dengan ribut. Kerumunan tawon mulai bubar. Mereka takut pada gagak.
               Akhirnya, tawon terakhir pun pergi. Oik dan peri-peri lain keluar dari semak lavender.
               Gagak-gagak itu mendarat disisi para peri. Diatas punggnung mereka duduk deva dan ozy, dua peri bakat binatang.
“ada peri pemandu yang melihat gerombolan tawon menyerbu tawonmu,” ujar deva
“kami pikir, pasti ada masalah. Jadi kami memanggil gagak.”
               Deva mengatakan sesuatu pada gagak. Entah apa, oik tidak mengerti. Lalu deva dan ozy turun ketanah. Diiringi bunyi bulunya yang berisik, burung-burung itu merentangkan sayap dan terbang menjauh.
“ada yang terluka?” tanya ozy
               Keke, yang selama ini diam saja, tiba-tiba menangis. “aku hampir saja disengat!” serunya. “seekor tawon terbang sedekat ini ketubuhku!” ia merentangkan tangannya selebar dua setengah senti.
               Beberapa peri dapur cemberut. Bukankah semua peri menghadapi bahaya? Tapi keke hanya memikirkan dirinya sendiri.
               Ozy menepuk-nepuk punggung keke untuk menenangkannya. Ia biasa menenangkan hewan-hewan yang ketakutan. Peri yang ketakutan pun tak banyak bedanya.
“yang lain?”
               Peri-peri perempuan dan laki-laki itu menggeleng. Mereka semua ketakutan, tapi tidak ada yang terluka.
“ayo, keke,” kata deva. “kita kembali ke home tree. Secangkir teh dicampur madu akan membuatmu lebih nyaman.”
“dan sementara itu, tanamannya harus ditangani,” tambah ozy.
“apa maksudmu ditangani?” tanya oik.
“yah, ditebang atau dicabut. Kau tahulah, dibuang,” ujar ozy.
               Oik mundur seakan-akan baru saja ditampar. Ditebang! Baru mendengarnya saja kakinya terasa nyeri. Seumur hidup ia belum pernah menebang tanaman. Mencabut rumput liar saja ia tidak tega. Ia hanya membujuk rumput-rumput itu agar tumbuh ditempat lain.
“tawon-tawon suka bunga itu,” ozy menjelaskan. “mereka bisa datang lagi setiap saat.”    
               Oik menatap keke. Ia berharap keke akan mengatakan sesuatu yang baik tentang tanamannya. Bukankah keke menyayanginya sama seperti oik?
               Mata keke terbuka lebar dan wajahnya pucat. Tapi ia tidak mengatakan apa-apa.
               Oik berpaling kembali kepada deva dan ozy. “tanaman itu tumbuh dikebunku,” katanya. “aku yang akan bertanggung jawab atasnya.” Ia menatap cahya dan peri-peri dapur lainnya. “katakan pada peri-peri lain diruang teh. Aku jamin tidak ada yang menghadapi bahaya lagi disini.”
               Cahya tidak segera menjawab. “baiklah,” katanya akhirnya. “aku akan beritahu ratu bahwa kau akan mengatasi bau ini.”
               Kelompok peri itu pun terbang kembali ke home tree.
               Ketika deva membimbingnya untuk pulang keke menengok ke arah oik. Tampaknya ia menyesal. Tapi entahlah, oik tidak tahu pasti.
***
 Selama beberapa hari, oik sibuk sekali. Setiap pagi ia memetik segebug lavender untuk dibagikan kepada para peri di pixie hollow. Masker saputangan terbukti cukup  mampu menutupi bau busuk bunga misterius itu. Tapi diperlukan banyak sekali lavender untuk mencukupi kebutuhan semua peri. Tanaman lavender oik mulai kelihatan botak. Apa jadinya kalau bunganya sudah habis semua?
               Oik juga cemas kalau-kalau kerumunan tawon akan datang lagi. Setiap hari, ia menatap langit untuk mencari tanda-tanda adanya awan hitam yang berdengung. Tapi langit tetap biru. Awan-awan yang ada semuanya tampak empuk dan putih.
               Lalu suatu pagi, oik bangun dan hidungnya tersumbat. Matanya berair dan tenggorokannya gatal. Kepalanya seperti dipenuhi kapas.
“saat yang tidak tepat untuk sakit flu,” kata oik sambil turun dari ranjang. Pelan-pelan ia berpakaian. Ia sudah membayangkan pekerjaan yang menantinya. Membagi-bagikan lavender lagi, padahal pekerjaan kebun lainnya sudah lama terbengkalai.
               Ketika ia tiba diruang teh, oik melihat sesuatu yang aneh. Tak ada satu peri pun yang memakai masker saputangan. Saputangan mereka digunakan untuk membersit hidung. Semua penghuni home tree kelihatannya sakit.
“hai, oik,” para peri bakat kebun menyapanya ketika ia duduk. Oik menatap ke sekelilingnya. Semuanya pilek dan mata mereka berair. Beberapa memakai selendang bulu dandelion dileher mereka. Hanya keke yang tampak seperti biasa, mungkin karena ia memang selalu pilek.
“wah, kita semua kena flu berat nih,” ujar oik sambil mengisi cangkirnya dengan teh.
“oh, bukan flu,” tukas ify dengan hidung mampet. Ia mengelap hidung dengan kelopak mawar. “ini gara-gara debi merah jambu itu.”
“debu merah jambu?” tanya oik
               Ify mengangguk. “debu itu ada dimana-mana. Peri bakat membersihkan tidak sanggup menyingkirkannya. Mereka bersin-bersin terus hingga pekerjaan mereka tak selesai-selesai.”
               Salah satu peri bakat melayani datang kemeja untuk menambah teh mereka. Semua cangkir tertutup debu aneh yang lengket dan berwarna merah jambu.
               Tiba-tiba oik punya firasat buruk. “aku akan segera kembali,” katanya. Ia bergegas menuju kebunnya.
               Dan memang, seluruh kebunnya seperti ditutupi salju merah jambu. Ketika angin bertiup, semakin banyak  debu merah jambu turun dari bunga-bunga tanaman misterius itu.
               Oik menyadari, ini bukan debu melainkan serbuk sari. Dan semua peri di pixie hollow alergi terhadapnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar