Senin, 21 Maret 2011

Oik Dan Tanaman Misterius Part 2


               Paling tidak, menurut oik itu benih. Sulit untuk memastikannya. Ia belum pernah melihat benda seperti itu.
               Ukurannya besar seperti kastanye, warnanya putih mutiara seperti bagian dalam kulit kerang. Pinggirannya runcing, beberapa serat tumbuh dari ujung-ujungnya seperti rambut.
               Begitu jantungnya berhenti berdebar, oik terbang mendekat dan mendarat disamping benda aneh itu. Ia mengambil batang kayu dan menusuknya. Tak terjadi apa-apa.
               Oik semakin berani. Ia menyentuh benda itu dengan ujung jarinya. Permukaannya sejuk dan licin, seperti batu karang dari dasar laut.
               Sekarang oik yakin, ini benar-benar benih. Naluri berkebunnya mengatakan, benih itu hidup. Didalamnya ada tanaman yang menunggu untuk tumbuh.
“tapi dari mana datangnya?” tanya oik keras-keras.
               Tepat saat itu, ia mendengar suara mencicit dari atas. Ia menengadah. Seekor tupai sedang berbicara padanya dari dahan pohon.
               Oik tertawa. Sekarang ia tahu dari mana asal benih itu. Mungkin si tupai tidak terbiasa melihat peri berjalan di tanah. Saking kaget melihat oik, ia menjatuhkan barang bawaannya.
“jangan khawatir,” kata oik pada tupai itu, meskipun ia dan si tupai sama-sama tidak mengerti bahasa massing-masing. “aku akan segera pergi!” si tupai mencicit lagi lalu berlari didahan pohon.
               Oik kembali menatap benih yang ditemukannya. Benih apa ini? Pikirnya. Sekali ini ia berharap ia memiliki bakat berbicara dengan binatang, agar ia bisa bertanya pada si tupai, dari mana ia mendapatkan benih misterius itu.
“benih tanaman apa sih kau?” bisik oik pada benih tersebut. Begitu pertanyaan itu terucapkan, sebuah ide melintas dikepalanya dan matanya pun melebar. “aku tahu!” serunya.”aku akan menanamnya! Satu-satunya cara untuk mengetahui ini benih apa adalah dengan melihatnya tumbuh!”
               Oik membungkuk memungutnya. Tak disangkanya, benih itu berat. Ditaburkannya sejumpur debu peri keatasnya. Benih itu menjadi lebih ringan.
               Sambil memeluk erat-erat penemuannya, oik terbang menuju kebunnya.
***

               Dikebunnya, oik melihat keke masih duduk diatas jamur, persis seperti tadi.
“oh, oik, kau sudah pulang,” kata keke. “kau menemukan pakis possum, kulihat ada tiga lusin. Tapi entah kenapa, semuanya pura-pura mati.”
“aku menemukan sesuatu yang lebih hebat,” jawab oik. Ia tidak jengkel lagi pada keke. Ia begitu gembira dengan penemuannya. Pelan-pelan oik meletakkan benih besar itu ditanah.
               Keke terkejut sekali sehingga ia langsung bersin tiga kali berturut-turut. “benih yang mengagumkan!” serunya setelah membersit hidung. “benih apa ini?”
“kau tidak tahu?” tanya oik. “tadinya aku berharap kau tahu. Baru saja kutemukan dihutan. Aku belum pernah melihat yang seperti ini.”
               Bumble mendengar suara oik dan bergegas terbang mendekatinya. Oik menepuk bulunya.
“bagaimana pendapatmu tentang benih baruku, bumble?” tanyanya.
               Lebah itu hinggap dibenih tersebut, lalu terbang lagi kebunga-bunga mawar. Bumble lebih tertarik pada bunga daripada benih.
               Keke menyipitkan mata menatap benih itu. Lalu ia mengeluarkan alat tulisnya dan mencatat sesuatu dibukunya. Ia mulai menggambar benih itu.
“hai, oik. Hai, keke. Apa itu? Cantik sekali!” terdengar suara ramah. Acha, peri bakat air yang cantik dengan rambut ikal panjang, datang mendekat.
“hai, acha,” sapa oik. “ini sejenis benih. Kami belum tahu benih apa. Kutemukan hari ini di...”
“...gua pantai?” tanya acha. Ia punya kebiasaan menyelesaikan kalimat peri lain.
“bukan, dihutan,” kata oik
“oh. Habis, bentuknya mengingatkan aku pada kerang,” kata acha. Ia berjongkok untuk mengagumi benih itu.
“kurasa memang ada kaitannya dengan laut,” kata keke. Ia mengetuk-ngetukkan alat tulisnya kepipi. “kurasa ini benih ganggang laut.” Ia mencatat lagi dibukunya.
               Oik mengangkat bahu. Ia tidak tahu seperti apa benih ganggang laut, atau apakah ada benda seperti itu. Peri tidak pernah menyelam  kedalam laut. Sayap mereka akan menyerap terlalu banyak air dan mereka akan tenggelam.
               Tapi acha menggeleng. “tidak, kurasa bukan. Aku belum pernah melihat benda yang seperti ini.”
               Keke cemberut. Oik tahu, keke tidak suka dianggap keliru. Tapi ia tidak dapat membantak acha. Peri bakat air ini pernah mengunjungi para putri duyung untuk membantu menyelamatkan never land, bahkan ia sampai terpaksa memotong sayapnya. Ia satu-satunya peri di never land yang pernah menyelam kedasar laut. Soal benih ganggang laut, tentunya ia lebih tahu daripada siapa pun di pixie hollow.
               Sambil mengeluh keke mencoret apa yang baru saja ditulisnya.
“yah,” ujar oik, “hanya ada satu cara mengetahui ini benih apa.” Ia mengambil sekop dan mulai menggali.
               Keke menengadah dari bukunya. “kau akan menanamnya? Begitu saja?” tanyanya. Ia tampak sangat  cemas. “tapi kau tidak tahu berapa banyak sinar matahari yang dibutuhkannya. Atau berapa banyak air. Bagaimana kalau dia tidak cocok dengan bunga-bunga lain. Dan...dan...”
               Oik tersenyum. Keke memang tahu banyak tentang tanaman. Tapi berkebun bukan hanya soal pengetahuan tentang tanaman, pikir oik. Kadang-kadang kita harus memrcayai naluri kita.
“aku yakin segalanya akan baik-baik saja,” katanya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar