Senin, 21 Maret 2011

Oik Dan Tanaman Misterius Part 4


               Suatu pagi, oik mencium bau aneh dikebunnya. Seperti tomat busuk, dan mirip susu basi juga. Aneh sekali, pikir oik. Ia mulai berjalan dikebunnya, mencari sumber bau busuk itu. Tak lama kemudian ia tiba dijamur merah berbintik-bintik. Keke belum ada disana. Oik menutup hidungnya dengan tangan karena bau itu makin menyengat. Bumble, yang mengikutinya, mulai terbang kesana kemari dengan gugup. Tiba-tiba ia melesat pergi.
“kenapa sih dia?” pikir oik
               Oik berpaling dan melihat sesuatu yang mengalihkan pikirannya dari bumble. Tanaman misterius itu telah berbunga! Dan alangkah aneh bunganya! Bunga-bunga itu seperti meledak keluar dari dahan-dahannya. Bagian tengah bunga itu pucat dan lengket. Kelopak bunga yang runcing keluar dari semua sisi, seperti rambut  kusut.
               Bunga itu tidak indah. Tapi menurut oik, menarik. Dengan penasaran ia terbang naik ke udara hingga berhadapan muka dengan bunga-bunga itu. Ia membungkuk, memejamkan mata, dan....
               Uhuk! Mata oik terbelalak. Sayapnya berhenti mengepak. Ia jatuh dari udara dan mendarat ditanah diiringi bunyi keras. Sakit. Bau tomat busuk itu berasal sari bunga-bunga tersebut.
Nggggggg!
               Bumble melesat kearah oik untuk melihat keadaannya. Sekejap kemudian ia menjauh lagi. Ia tidak tahan mencium bau bunga-bunga itu.
“oik, kau baik-baik saja?”
               Oik menengadah dan melihat keke bergegas menghampirinya. Ia menutupi hidung dan mulutnya dengan saputangan daun. “kulihat kau jatuh,” katanya pada oik
“aku tidak apa-apa,” jawab oik, mengusap-usap lututnya yang memar. “hanya kaget. Tidak kusangka tanaman ini begitu....bau!”
               Keke mengeluarkan saputangan bersih. Oik mengambilnya dengan lega. Sambil menutupi hidung, kedua peri itu menatap bingung pada bunga-bunga berbau busuk. Keke kelihatan cemas.
“kau sih, terlalu memanjakannya,” keluh keke. “beginilah akibatnya kalau tanaman terlalu dimanja. Mereka menjadi menyebalkan.”
               Dibalik saputangan, oik tersenyum. Keke sendiri lebih memanjakan tanaman itu daripada oik.
               Tapi menurut oik, bukan itu masalahnya. Bahkan menurutnya, tidak ada masalah sama sekali. Ia punya firasat, memang tanaman itu begitu. Ia tumbuh sesuai kodratnya saja.
               Sebelum oik dapat mengemukakan pendapatnya, suara-suara lain terdengar.
“bau apa sih ini?”
“seperti seluruh isi dapur menjadi basi!”
“dari situ datangnya!”
               Sekelompok kecil peri laki-laki dan perempuan terbang kearah kebun dari home tree. Mereka semua menjepit hidung dengan jepitan jeuran. Mereka berhenti tiba-tiba ketika melihat bunga raksasa itu.
“astaga!”
“jelek sekali!”
“itu yang berbau busuk.”
“oik, demi never land, ada apa sih dengan tanaman itu?” tanya cahya, peri bakat kue. Suaranya terdengar aneh karena hidungnya yang terjepit.
“tidak ada apa-apa,” jawab oik. “kurasa tanaman ini baik-baik saja.”
“tapi bagaimana dengan baunya? Lakukan sesuatu dong. Bau itu menyebar sampai keruang teh,” kata peri laki-laki bakat melayani.  Ratu winda menugasi kami untuk mencari sumber baunya.”
               Oik menatap ke sekelilingnya. Matanya tertumbuk pada sekelompok bunga lavender.
“aku ada akal,” katanya. Dengan bergegas ia memetik beberapa kuntum lavender.
“aku ada akal,” katanya. Dengan bergegas ia memetik beberapa kuntum lavender. Ia memasukkan sedikit bunga kedalam saputangannya dan mengikatnya di sekelilinga hidung dan mengikatnya disekeliling hidung dan mulutnya seperti masker. Keharuman lavender menutupi bau busuk itu.
               Ia memberika  sisa lavender kepada peri-peri lainnya. Mereka menjepit bunga itu di hidung mereka menggunakan jepitan jemuran. Lalu oik kembali ke semak lavender dan mengambil bunganya banyak.
“ayo, setiap orang memtik lavender,” katanya. “kita bawa pulang untuk peri-peri lainnya di home tree.”
               Tepat saat itu, ia mendengar sesuatu.
               NGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGG
               Mula-mula oik mengira kepala bumble terjepit di sekuntum bunga ( kadang-kadang kecelakaan kecil seperti ini memang terjadi ) dan ia berteriak minta tolong. Tapi suara itu semakin keras.
               NGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGG
               Oik menengok keatas. Awan gelap sepertinya sedang bergerak ketempat mereka.
               NGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGG
               Oik memperhatikannya lagi. Ternyata bukan awan, melainkan sekelompok besar tawon penyengat!
“awas!” seru oik
               Para peri melompat kedalam semak lavender untuk melindungi diri, sementara rombongan tawon itu menukik kearah mereka. Tak jauh dari situ, bumble bersembunyi dibalik daun-daun semanggi.
               Tapi tawon-tawon itu tidak mengincar para peri. Sambil berdengung dengan ribut, mereka berkumpul disekitar bunga-bunnga tanaman misterius itu. Kelihatannya mereka menyukai baunya yang aneh dan busuk.
               Didalam semak lavender, para peri menunggu, menunggu, dan menunggu. Mereka berharap tawon-tawon penyengat itu akhirnya bosan dan pergi.
               Tapi yang datang justru semakin banyak.
               Kaki oik kram karena berjongkok terlalu lama.
“sekarang bagaimana?” bisik cahya pada oik.
               Oik menghela napas. Ia tidak tahu mereka harus berbuat apa. Mereka tidak mungkin bergegas pulang ke home tree. Bisa-bisa mereka disengat. Satu sengatan saja bisa mematikan bagi peri, mengingat tawon itu hampir sebesar kepala mereka. Tapi mereka tidak bisa bersembunyi disana selamanya.
               Tepat saat itu, oik mendengar bunyi gaok. Ia mengintip dari semak lavender dan melihat seekor burung yang hitam dan besar menukik dari langit. Seekor lagi menyusul persis dibelakangnya.
               Gagak!
               Dan dipunggung gagak, tepat diantara kedua sayapnya, ada peri.
               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar